Jumat, 23 September 2011

Kekasih Waktu

Berapa sering merasa jenuh, terhimpit oleh waktu dan diri yang bebal. Ingin kembali, merasa lega dan berharga. Ingin kembali merasakan malam yg syahdu tanpa rasa kantuk, hanya rasa rindu yang asik masyuk. Ingin kembali merasakan subuh yang khusyuk tanpa rasa malas hanya rasa ikhlas, memilih baju yang rapi dari lemari baju yang rapi, bukan dari keranjang setrikaan tak kunjung sempat ku sentuh, menyiapkan sarapan 4 sehat 5 sempurna, bukan sekedar segelas susu atau setangkup roti yang ku beli di toko waralaba yang rasanya itu itu saja, rindu aku menikmati segelas air putih dengan hening hingga ku menemukan lagi rasanya yang membuat ku candu.

Tapi kemudian berapa sering aku gagal dengan berbagai alasan, pulang larut malam dengan tumpukan materi dan tugas di kepala, membersihkan diri seadanya, berdoa sekenanya, dan hilang dalam lautan mimpi yang tak pernah membuat ku tertidur, aku bahkan terjaga lebih dari kesadaran ku yang sebenarnya. Bangun dengan rasa hampa nan kosong.. beban semalam tak sempat ku lepas. dan kini semakin berat tak hanya membebani kepala dan pikiran ku, tapi juga mulai meracuni hati ku yang menjadi gundah , perasaan ku yang tak menentu, mata ku yang tak mampu berbinar, mulut yang tak sanggup tersenyum, matahari pagi pun terasa terlalu panas padahal dia hangat,  dengan semua aku mencoba menyelasaikan hari yang ku sayangi namun tak mampu lagi ku cintai. 

Namun... aku belum mau memutus asa, terus saja mencari cara, terus saja mencari arah, terus saja mencari bahagia, terus saja kejar kelegaan jiwa, terus saja merindukan segala yang indah, terus saja berencana, terus saja mencobanya, tak peduli berapa kali kelukaan dari gagal yang ku rasa seperti tak ada lagi jalan untuk mengakhirinya.. terus saja.. terus saja..

Berharap ku temui bahwa ada Yang Melihat sedang Mencintai ku dalam pencarian itu, yang akan Mengasihani ku, Meraih ku, Menuntun ku, Mengobati luka-luka ku, Menjaga ku, hingga ku sadari aku telah sampai ke tempat itu..

satu tempat, yang..
aku jatuh cinta pada waktu.. 
waktu membalas cinta ku..
akulah kekasih abadi waktu..

*Semangat teman.. insya Allah ketemu, terus saja... kita ketemu disana ya.. luv u much*










Sabtu, 17 September 2011

DEALOVA












 

Aku ingin menjadi mimpi indah
Dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu
Yang mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh
Tanpa dirimu
Oh… Karena hati tlah letih
Aku ingin menjadi sesuatu
Yang slalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa aku
Selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu
Merantai hati
Oh… Bayangmu seakan-akan
Kau seperti nyanyian dalam hatiku yang
Memanggil rinduku padamu
Seperti udara yang kuhela kau selalu ada
Oh…
Hanya dirimu
Yang bisa membuatku tenang
Tanpa dirimu
Aku merasa hilang… dan sepi
Dan sepi…
Kau seperti nyanyian dalam hatiku yang
Memanggil rinduku padamu
Seperti udara yang kuhela kau selalu ada
Kau seperti nyanyian dalam hatiku yang
Memanggil rinduku padamu
Seperti udara yang kuhela kau selalu ada
Selalu ada…
Kau selalu ada…
Selalu ada…
Kau selalu ada…
Sya… na na na…

Jumat, 09 September 2011

Perahu


[memandang]
Yang sendiri
Terapung  dan sunyi
Tak peduli berapa zaman meletih

Kadang hanya desiran riak
Sekali ombak terpaksa teriak
Kau (yang sendiri) tak beranjak

[merasakan]
Kau, sendiri dan sepi
Entah berapa lama kalian menyimpan rencana
Untuk saling meniadakan
Dan menghilang...

[memejam]
Terlanjur..
Tahun berganti abad..
Waktu bertitah sudah..
Jadilah abadi bersamanya..

Tak perlulah aku disini menemani
Kau, sendiri dan sepi
Terlalu abadi untuk disudahi
[berlalu]

Kamis, 28 Juli 2011

CASHFLOW nan GALAU


Cashflow atau arus kas, seringkali terdengar suatu hal yang rumit dan sulit. Setidaknya itu yang saya bayangkan sebelum lebih jauh mengenal si Cashflow ini. Dari pengalaman saya itulah maka saya ingin berbagi sedikit (secuil, karena dikit banget) pengalaman saya bergaul dengan cashflow . Kenapa disebut arus ? karena memang pada kenyataannya cash/kas memiliki kekuatan seperti arus, yang bisa menghanyutkan tetapi juga bisa menjadi energi sumber kekuatan. Kita bisa menentukan pilihan, akan hanyut atau menghanyutkan. Sebenarnya tanpa kita sadari cashflow adalah perilaku kita sehari hari, setiap saat, seperti Oxygen, seperti makan dan minum, sulit ga kita bernafas ? (sulit kl lagi pilek, tapi pilek kan ga tiap hari :D), sulit ga kita makan ? (sulit kalau lagi sariawan ini juga ga tiap hari), sulit ga kita minum ? (sulit kalau puasa heheh gak boleh itu mah). Intinya gak sulit kan ?

Cashflow adalah sebuah keniscayaan bagi masyarakat yang telah terjamah modernisasi, dimana uang menjadi salah satu tolak ukur yang dominan dan sangat sensitive (soal dominan dan sensitive ini kita bahas di share kapan-kapan ya *orientasi waktu ga jelas*). Suku badui sekalipun sudah mulai bertransaksi dengan uang tak lagi melulu menggunakan system barter, menukar garam dengan beras misalnya. Oleh karena itu bagaimana mungkin sesuatu yang biasa kita jalani setiap hari menjadi sesuatu yang kita anggap sulit. Karena seandainya cashflow itu sesuatu yang sulit dan rumit tentulah mall, supermarket, tempat hiburan, tidaklah akan seramai pada kenyatannya. Maka dari itu jangan biarkan kita terintimidasi oleh kata cashflow, dia tidak serumit yang kita bayangkan, cashflow bukanlah suatu hal yang terlalu besar  untuk bisa kita taklukkan.

Cashflow itu ibarat kuda liar, dan kita adalah pelatih yang akan menjinakkannya. Kalaulah kita sebagai pelatih tidak melakukan peran, bagaimana mungkin kita berharap kuda tersebut menjadi kuda poni  “koq pucet, koq cebol, koq poniiiiii” (just kidding) atau Pegasus yang bisa membawa kita terbang ke dunia impian seperti cerita dongeng, ya cuma dongeng. Kita tak bisa menjinakkan kuda liar tanpa menungganginya, bukan ? Jadi, mulai sekarang yakinlah dengan apa yang dikatakan Rudi (kidding lagi, iklan), yakinlah kalau kita terlalu besar untuk mengatakan tidak bisa membangun cashflow, karena kita subjek dan cashflow adalah objeknya (bukan sebaliknya).

Beberapa alasan orang belum/tidak membuat cashflow ?
  1. Gak ngerti
  2.  Pusing liat angka
  3. Ribet harus nyatat-nyatat n' ngumpulin bukti
  4. Minus mulu’ jadi ga semangat
  5. Emang cashflow penting ya ?
  6.  Selama ini gak pake cashflow hidup aku baik-baik aja koq
  7. Apa cashflow satu-satu nya cara untuk sejahtera ?
  8. Dll 
(jawab dalam hati aja kita ada di point berapa ? saya sih dulu di point 3)

Dan  ini alasan saya kenapa mau buat cashflow :
  1. Malu bertanya sesat dijalan, artinya temaaannn…. Kalau kita gak ngerti ngacung aja, ilmu itu kalau kita mau, gak susah dapatnya, bertebaran di sekitar kita, tinggal kita putuskan kita mau tau atau tidak.
  2. Pusing liat angka, karena kita belum tau angka itu bicara apa, tapi setelah kita coba untuk memahaminya, subhanallah… angka itu sumber inspirasi yang menakjubkan. Tak apalah pusing sebentar saat ini, dari pada pusing berkepanjangan karena “kuda” kita terlalu liar untuk ditunggangi akhirnya perjalanan jauh harus ditempuh dengan jalan kaki (sedih sekali)
  3. Ribet kalau belum tau teknisnya dan belum dicoba. Mending ribet nyatet, tapi sejahtera atau ga ribet, tapi tarik nafas terus karena selalu minus.
  4. Emang kalau ga dicatat bakal surplus ? :D kadang kita merasa sia-sia banget buat cashflow hasilnya minuuuuuuus terusssss (bacanya sambil mengepalkan tangan, manyun yang panjang, saking minus banget :D). Tapi yakin deh kalau ga ditulis minusnya bisa lebih parah. Dan yang paling penting dengan adanya cashflow kita tau apa penyebab minusnya dan bisa lebih bijak lagi memutuskan belanja. Saya pribadi sangat kesal merasakan minus tanpa tau penyebabnya (karena ga buat cashflow). Seperti ditipu diri sendiri , mau marah ga bisa, ga marah kesel :D
  5. Ga penting, kalaaauuuu..... masa depan kita juga ga penting :)
  6.  Alhamdulillah…. tapi hidup kita bisa lebih baik kalau kita tau apa yang kita lakukan dengan uang kita bukan.
  7. Ya pasti jawabnya ngga’, jalan menuju surga aja banyak apalagi menuju sejahtera ? cashflow hanya tools untuk membantu jalan kita agar tidak terlalu curam atau terjal :)
  8. [tidak perlu dijawab ya] karena akan sangat panjang.

So, apa sih sebenarnya yang rumit dan sulit itu ? “action to start”, ya yang sulit itu adalah action untuk memulai, memulai untuk membuka diri, memulai untuk mau belajar, memulai untuk jujur, memulai untuk menjadi seseorang yang baru. Kita yang biasa cuek, pasti akan merasa risih dengan diri kita sendiri ketika kita harus mulai peduli mengumpulkan bon-bon kecil, rekening-rekening tagihan, mencatat setiap apa yang kita belanjakan dll. Yap! mau ga mau kita memang akan menjadi manusia yang baru, yang lebih peduli yang lebih bersyukur, yang lebih bersungguh-sungguh, yang lebih menghargai setiap tetes rejeki., masak ga mau jadi manusia yang begitu. Apalah arti sebuah kesulitan kalau itu untuk kebaikan.

Oke, cukup basa basi kita masuk ke acara inti. Cashflow hanyalah tools, sebagaimana halnya mesin, misal mesin blander, terserah kita mau nge-bland apa, buah, cabe, atau rempah beraneka rupa, bebassss… begitu juga Cashflow, isinya terserah kita bukan terserah cashflow karena sekali lagi kita Pelatihnya. Cashflow bukan sekedar tools yang digunakan untuk mencatat belanjaan, tapi juga mencatat impian. Oleh karena itu  selain Cashflow Riil, kita perlu memiliki Cashflow Prediksi.

Dalam membuat Cashflow Prediksi selintas mudah, apa sulitnya berencana, eit hati-hati salah -salah ntar jatuhnya bukan berencana tapi malah berhayal. Nah disini walaupun namanya berencana, cita-cita, prediksi, yang katanya "gantungkalah cita-cita mu setinggi langit" kita tetap harus rasional tengukur proses (tidak instan). tapi juga jgn pesimis-pesimis amat (ga berani merencanakan pencapaian yang spektakuler), disinilah perpaduan antara mimpi dan rasionalitas dipadukan menjadi sebuah harmoni yang indah (manis ya)
Apa aja sih isi dari Cash Flow Prediksi (dijabarkan per bulan) :
  1. Rencana Pendapatan
  2. Rencana Belanja
  3. Rencana Investasi
Kalau rencananya dah ok, ayo kita lanjut ke step berikutnya, step ini  membutuhkan komitmen yang solid yaitu menyelesaikan Cashflow Riil, seperti kata Agnes Monica di iklan snack CH***TO “live is never flat” maka cashflow riil tidak akan plek sama persis dengan cashflow prediksi. Bisa lebih, bisa kurang, nah disinilah butuh pengalaman untuk memastikan agar jarak antara lebih dan kurang itu tidak terlalu jauh (kalau lebihnya di sisi penerimaan sih ga pa pa banget, berarti kemampuan perencanaan kita perlu ditingkatkan), dan pengalaman tidak bisa kita dapatkan tanpa melalui proses.  
Pada dasarnya isi dari Cashflow Riil memiliki kerangka yang sama dengan Cashflow Prediksi, tapi ini adalah saatnya kita harus jujur dengan kenyataan keuangan kita :
  1. Pendapatan Riil : yang benar-benar kita terima dibulan berjalan dalam bentuk cash
  2. Belanja Riil : jangan ada yang disembunyikan, sepandai-pandai anda menyimpan bon belanja akhirnya gak balance juga (mksdnya, pasti ketauan :D)
  3.  Investasi Riil : bedakan antara asset dan investasi
Contoh : Format Cashflow :
  • Saldo awal = berapa uang cash yang kita punya (baik yg disaku atau di bank) di awal tahun.
  • Penerimaan = berapa penerimaan/income yang kita terima (gaji, bonus, warisan, hibah dll)
  • Pengeluaran = biaya/belanja apa saja yg kita keluarkan (asuransi, cicilan rumah, kebutuhan dapur, listrik dll)
  • Investasi = berapa dana yang kita alokasikan untuk investasi (tabungan, emas, deposito, modal usaha dll)
  • Saldo Akhir = Saldo Awal + Penerimaan - Pengeluaran

Pertanyaannya ??? Investasi biaya bukan ??? bukan, akan jadi biaya kl pada saat tertentu ternyata mengalama kerugiaan, tapi selama masih bisa BEP Investasi akan menjadi bagian dari saldo. Aplikasi sederhana bisa menggunakan Mc. Excel.
Berikutnya untuk bisa menjaga laju cashflow, agar jarak antara prediksi dan realisasi tidak terlalu jauh (lebih dekat lebih baik) maka kita perlu mengetahui aktivitas apa aja sih yang harus kita jalani untuk memutuskan kapan tancap gas, kapan injek rem, atau kapan bisa melaju santai, mari kita lihat, yuk mariii… :
  1.  Mengumpulkan bukti belanja/transaksi
  2. Merekap bukti belanja sesuai kategori
  3.  Mencatat / entry setiap kategori ke dalam cashflow
  4. Mengarsipkan bukti transaksi (anda tentukan sendiri masa kadaluarsanya, kapan akan dimusnahkan)
  5.  Menganalisa cashflow tersebut.
  6. Mengambil keputusan atas hasil analisa
Dan dari aktivitas-aktivitas di atas yang paling sering membuat kebanyakan orang menyerah adalah aktivitas pada point 1 dan dirasa lebih berat lagi ke point 2 (tapi sekali lagi ini hanya persepsi, tidak sesulit itu koq). Mengapa point 2 lebih “dianggap” lebih sulit ? Karena walaupun aktivitas mengumpulkan bukti telah kita lakukan, tapi kemudian karena kita tidak melakukan pencatat, maka hanya akan menjadi keranjang sampah. Yap! Useless, bukti-bukti yang kita kumpulkan tidak ada artinya kalau informasi yang ada di dalamnya tidak diolah. Sekali lagi, point 1 dan 2 seperti benteng yang membatasi kita dengan kemampuan kita yang sebenarnya. Ibarat berperang dengan panah, pedang atau tombak, keahlian utama  tentara perang bukan membobol tembok benteng kan? tetapi bermain pedang, panah, tombak. Tapi tentara gak bisa Jadi gimana pun benteng harus ditembuskan. Nah itulah tugas kita untuk point 1 & 2, agar kita bisa benar-benar fight di point berikutnya.

Dan untuk sharing kali ini saya hanya akan sharing sedikit tips untuk point 1 & 4 saja, point berikutnya kita bahas kemudian ya. Tapi ini sekedar sharing kalau teman-teman punya cara yang lebih praktis bisa berbagi dengan saya. Ini tips dari saya :
  1. Siapkan box khusus (saya suka sebut kotak Pandora) silahkan beri nama box anda, tapi jgn BOX OFFICE ya ntar pada nagih pelem.
  2. Setiap selesai belanja masukkan bukti belanja ke dalam box tsb. Note : sebelum masuk ke box berikan tanda kategori pada bon, misal : R = Rutin, I = Investasi
  3.  Untuk belanja yang tidak memiliki kuitansi (misal : angkot, taxi, ojeg) tulis di kertas post it, kemudian  sebelum tidur, cuci kaki dan sikat gigi hehe… serius amat, mksdnya sebelum tidur dan yakin tidak akan melakukan aktivitas belanja lagi, masukkan lembar post it ke box bon belanjaan.
  4.  Lakukan itu setiap hari
  5. Dan pada waktu luang saran saya minimal seminggu sekali, tapi semakin sering semakin bagus, krn semakin mudah kita mengetahui kondisi keuangan kita. Kalau direkap sebulan sekali, seandainya terjadi blooding (pendarahan) pada casflow kita di bulan itu, sudah terlambat untuk menyelamatkannya, kita perlu donor darah yang cukup banyak, bisa jadi gali lubang tutup lubang, atau mungkin gali lubang tapi ga tau nutupnya pake apa.
  6. Rekap semua  bukti yang ada di box bon belanja sesuai kategori, jumlahkan masing-masing kategori dan entrykan dalam format cashflow excel yang telah kita rancang.
  7. Selanjutnya mulai lagi dari point 2
  8. Pada akhir bulan setelah semua belajaan telah terekap dalam cashflow kita bisa melakukan analisa kinerja keuangan kita.
Nah untuk bahasan analisa menganalisa… kita lanjutkan di season sharing berikutnya ya…. Saya mau kuliah dulu… biar dapat banyak ilmu dan bisa share banyak ilmu. Sekali lagi ini sekedar share, dan mengasah kemampuan saya dalam menyampaikan ide. Namanya lagi belajar bisa jadi apa yang saya sampaikan kurang jelas dan kurang mendalam. Teman-teman yang punya ilmu lebih boleh lah bagi ke saya, dengan senang hati saya siapkan diri saya untuk menjadi muridnya.

Sabtu, 16 April 2011

laki-laki luka

Lukalah dia
Separah parah luka
Yang belum pernah kulihat

Sakitlah dia
Sedalam dalam sakit
Yang belum pernah kurasa

Manalah kutau,
Sekeras apa,
Air mata menghantam
Hati laki-lakinya

Seluas-luas ampun telah dihamparkan
Setinggi-tinggi ego telah diruntuhkan
Seterang-terang logika telah ditaklukkan

Laki-laki itu masih disana
Dihancurkan,
Diabaikan,

Laki-laki itu masih disana
Diam
Melerai

Laki-laki itu masih disana
Menanti mu
[yang dilingkari logam cinta]
Untuk dimaafkan

[hati baik mu akan ditemukan sobat, karena bersama hati baik mu ada penjagaan "Tak Terlihat", tegarlah]

Selasa, 12 April 2011

lesatan bintang

menulis bukan tetang menunggu atau mencari inspirasi
dia [inspirasi] bisa datang bagai lesatan bintang,
sedikit kau acuhkan dia menghilang *****************************************************************
menangkap lesatan bintang
[i'm listening but there's no sound]
*****************************************************************

hari itu
pada bumi yang sendiri aku bertanya,
salah apa bila angin jatuh cinta
mengirimkan pesan atas namanya
tak lagi hanya perantara

170202
***********************************
ingin menggenangi keringmu
tapi angin meniupku
ke arah yang bukan padamu

250202
************************************

bersandar di kursi tua
bertopang dagu di meja seusia
kutuang percikan tanya
dalam gelas-gelas pecah

aku menunggu mu [yang lupa]

110202
************************************

meneguk kekesalan dalam penyesalan
episode paling memabukkan
aku merindu waktu pada sedetik lalu

280802
************************************

berputar bersama dunia
dan aku merenta bersamanya
(happy birthday my soul)

250102
************************************

kurasa telah mengecap semesta
karena kasih mu seluas jagat raya
abadi tak bermasa [love u Ma & Pa]

230201
***********************************

ini belum berakhir
walau pernah kusudahi
biar sejenak kusesapi yang di hati
tak perlulah kau mengerti
mengapa kutitipkan kisah ini
di ujung rumput pagi hari

120598
**********************************

to be continue....

Minggu, 10 April 2011

sebuah perjalanan [menggenapkan dien]

berapa sering kita mencoba
lari dari rasa, sembunyi di pelukan doa
berapa lama kita saling menunggu
menunda rindu di sela perjalanan waktu
berapa kali kita ingin menyerah
bertekuk pada lelah mendera

kini semua hanya cerita
waktu yang dulu merentang angkuh
kini telah pun ikhlas memberi restu

adalah kita,
yang kini mengikat janji suci
di hadapan ilahi dengan segala puji
sujud syukur menjadi saksi

kita tak lagi peduli
berapa lama, berapa sering, berapa kali 
angin mencuri mimpi

karena-Nya kini
kita tak lagi terbagi antara aku dan kau
aku adalah kau, kau adalah aku

undangan pernikahan
14 Januari 2006
  
Catur Sawistry Dyna VHR
             dengan 
   Isam samsul Muharam

      sweet memories ^_^


Jumat, 08 April 2011

[edisi papa] Puisi Jangkrik


Pagi menjelang siang tadi, terinpirasi dari comment sahabatku pada status yang baru saja ku update (sebait puisi jaman sekolah dari buku diary masa remaja hehehe)
comment sahabat ku waktu itu : "
jadi teteh sejak dulu dah jadi kahlil gibran muda ya? teteh anaknya siapa sih?"

Sering sekali orang menyangkut pautkan nasab untuk sebuah tingkah pola yang kita lakukan, pertanyaan yang tampak klise namun sangat alami di ucapkan siapa pun.
Teringat sebuah pepatah

"buah jatuh tak jauh dari pohonnya"

Sangat sejalan dengan hadits berabad-abad lalu (subhanallah sungguh ilmu Mu tak pernah usang)

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.” (Hr.Bukhari)

Pantaslah kiranya bila surga berada di telapak kaki ibu, pantaslah kiranya bila seorang ayah diberi tahta sebagai seorang imam. Karena di pundak mereka dititipkan tanggungjawab mendidik para khalifah (kenapa jadi serius begini hehe). 
Masih terinspirasi dari comment sobat ku tadi,  aku jadi teringat beruntungnya berada di antara dua kutub ini, mama ku yang “EINSTEIN” dan papa ku yang GIBRAN. Perpaduan yang unik. Tapi kalau liat nilai raport ku, sepertinya GIBRAN lebih mendominasi susunan kromosomku. kali ini izinkan aku berbagi sebuah drama pagi antara aku (kelas 3 SD ketika itu) dan papa ku yang GIBRAN itu.

Aku ketiduran menunggu papa pulang, aku tak tau bagaimana caranya membuat puisi, beberapa contoh puisi dari setumpuk koran bekas terbitan hari minggu sudah disodorkan mama kepada ku, aku pening membacanya tak mengerti,. salah satu penggalan puisi membuat ku berpikir cukup keras ;

pucuk-pucuk cemara merayu rayu bulan yang kesepian
karena bintang yang di undang tak juga datang

Bagaimana mungkin pucuk cemara bisa sampai ke bulan, dan untuk apa dia merayu bulan memangnya tak ada pohon yang cantik di bumi ini (tapi di pikir-pikir semua pohon wajahnya mirip semua, pastilah karena bingung dia lebih memilih ngecengin bulanhehe) kira-kira mereka akan bicara dengan bahasa apa, bahasa pohon atau bahasa ruang angkasa, bagaimana pula kalau bintang tiba-tiba datang membawa rombongan pastilah cemara itu akan dihajar habis-habisan karena telah berani mengganggu bulan. akhirnya aku malah beneran terbang ke bulan zzzzz...tidur kehilangan kesadaran. Tapi itu setelah mama berjanji sepulang papa kerja (biasanya papa pulang kerja selalu lewat tengah malam, maklum wartawan), mama akan minta papa buatin puisi yang bagus kl mmg aku merasa puisi-puisi dari koran itu tak cukup layak untuk ku jadikan bahan PR anak kelas 3 SD (sombongnya…anak kecil ini)

Bangun pagi aku langsung menghampiri mama yang seperti biasa sibuk beraksi di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya yang lebih dari setengah lusin. Nasi goreng dan teh susu.
“ma dimana buku bahasa indonesianya, papa udah buatin contoh puisinya ?”
“sudah, itu ada di atas tivi” jawab mama sambil menuangkan teh susu ke gelas-gelas belimbing seperti biasa ada 7 gelas (saat itu kami masih ber 7 sekarang sudah ber 9 hehehe)

Gelap, selimut agung sang malam
Malam hening tanpa bulan
Sesaat semua hanya berupa bayangan
Semua diam
Hanya nyanyian jangkring yang berdendang
Dendang lagu kesunyian

“yah mama ini sama aja kayak yang di koran, ada jangkrik jangkrik nya lagi, ina ga ngerti nih” kata ku lemas sambil memandangi secarik kertas tulisan tangan papa. 
Biasanya aku paling suka memandangi tulisan papa, tulisan tegak bersambung (khas tulisan orang tempo doeloe), menurutku tulisan papa sangat berwibawa, tiap melihatnya hati ku merasa teduh. Dan yang paling ku suka adalah tulisan papa di surat izin tidak masuk sekolah, olalala senangnya. Tapi kali ini aku sedang kesal melihatnya, tanpa sadar kertas itu telah kuremas-remas gemas.

Mama yang mulai bingung dengan tingkah anaknya yang sok pintar dan tak tau terima kasih ini, bergegas ke kamar membangunkan papa yang mungkin baru menikmati seperlima dari mimpinya. Dengan langkah terseret seret, satu tangannya menggulung sarung tidurnya, sebelah tangan lagi mengucek-ngucek matanya.

“contoh puisinya yang papa buatin tadi malam kata mama salah? Apanya yang salah ?” mata papa masih setengah tertutup, atau setengah terbuka.
“ini bukan puisi” beeuuhhh gaya ku dah kayak kritikus sastra aja
“hah ??!!” mata papa yang setengah terbuka skrg terbuka sempurna, tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Bertahun tahun menjadi wartawan yang walau hanya berkelas daerah tapi membuat puisi bukanlah hal yang sulit baginya, apalagi hanya sebuah puisi untuk anak kelas 3 SD. Apa yang salah, temanya sudah sesuai, rimanya sudah sangat iya pertimbangkan. 

“contoh yang dikasih bu guru kata-katanya itu lucu..kayak yang di lagu anak-anak itu pa” jelas ku terbata-bata dengan wajah berlipat-lipat cemberut, lebih kusut dari sarung tidur papa.
“lagu yang mana ?” sambar papa cepat terlihat antusias karena semakin cepat papa memahami mau ku, semakin cepat drama ini diselesaikan dan papa bisa melanjutkan 80% dari tidurnya yang tertunda.
“itu lagu yang…hmm.. sana gunung sini gunung tengah tengah buah kebembem saya bingung semua bingung liat kamu pipinya tembeb” aku berusaha bernyanyi tapi dengan wajah ditekuk kencang lagu itu lebih mirip gumaman yang datar.
“ooo… hahahaha… hahaha… ohh  nang ku.. nang ku…” papa tiba-tiba tertawa lebar sambil mengacak acak rambut ku (*nang, panggilan sayang khas batak artinya semacam “nak”)

Aku terheran heran, sambil berkata dalam hati “memangnya aku bilang apa tadi, bukan nya aku sudah bilang aku minta dibuatkan contoh “puisi”, memangnya ada berapa macam pusi sih?” tanyaku kesal dalam hati
“itu namanya pantun nang… bukan puisi…” seperti menemukan jalan atas kebuntuannya wajah papa mendadak merona lega se-lega matahari yang akhirnya diperkenankan terbit di timur rumah ku.
Aku diam…
Diam…
Dan diam…
[malu] 
Uugghh bodohnya aku, tentu saja itu namanya pantun, bukankah aku sudah mendapatkan sedikit pengantarnya di kelas 2 SD puisi tentang sawah yang menguning dan gunung yang kebiru biruan. Ya, harusnya aku minta dibuatkan pantun, bukan puisi, malunya aku. Sepertinya kemarin siang aku terlalu bersemangat bergegas pulang, karena aku ada janji untuk pergi ke ulang tahun tetangga ku yang punya rumah gedong dan kolam ikan yang bertebaran bunga teratai, susah sekarang mencari bunga cantik itu.  Yah..ya pasti karena terburu – buru aku jadi salah mengingat.  
Tak lebih dari 3 menit papa menyelesaikan pantunnya, cepat sekali dan mudah sekali ternyata buat papa, tentu saja papa  wartawan malang melintang antara warung kopi, kantor pengadilan dan kantor polisi. Apa susahnya bagi papa wartawan malang melintang yang pantang pulang sebelum terang. Kekonyolankulah yang membuatnya mengerutkan dahi.

“Ini pantunya tuan putri, sekarang sisirlah rambutnya, papa antar ke sekolah” kembali mengacak acak rambutku papa beranjak memanaskan motor pinjamannya (ah terbebaslah aku dari mendaki gunung lewati lembah walau hanya perginya saja). Dan yang pasti pe er ku selesai dan terbebas dari ketakutan di strap di depan kelas. Walau harus menanggung malu di depan papa ku.

Setelah membaca pantun dari papa, ah… ternyata puisi jangkrik papa lebih indah dari pantun ini, diam-diam kurapikan kembali kertas puisi yang sempat ku remas remas gemas tadi. Kubaca, sekali, lalu berkali kali, berulang kali sampai aku jatuh cinta, dan terus cinta sampai ke hati pada puisi.

Aku pun belajar, kadang ketidaktahuan membuat kita lebih keras kepala, jumud. Pantaslah orang berilmu diberi derajat lebih tinggi, karena orang berilmu tak akan mendebatkan hal yang tak penting yang tidak dia ketahui dan orang berilmu tidak akan mendebat wartawan malang melintang tentang puisi anak kelas 3 SD hahaha. 

Sepertinya belasan tahun lalu belum sempat ku ucapkan terima kasih atas sebait  puisi jangkrik mu.  Terima kasih pa.
"gen ini, berkah terindah dari Nya, lewat mu, untuk ku" 
I love you.




Pangeran Ayah, namanya

“bunda…nanti aku mau nikahnya sama pangeran ah, boleh kan ?” ucapan itu begitu tiba-tiba tanpa prolog sambil merebahkan kepalanya di pangkuanku.

“boleh dong sayang… memangnya pangeran ade kayak apa sih, bunda boleh tau ga namanya?” tak tahan menahan lucu aku masih terkaget kaget dengan kalimat yang begitu to the point dari buah hatiku yang baru berumur 5 tahun ini.

“namanya pangeran ayah” jawabnya lugas tanpa ragu dan malu, matanya yang bulat jenaka menengadah memandang ke arahku.

“pangeran ayah ? siapa itu?” tanyaku merasa lucu, rasa rasanya seumur – umur menggandrungi dongeng belum pernah dengar nama pangeran itu.

“iihh bundaaa.. pangerannya itu yang kayak ayah kita itu” jawabnya sambil menunjuk foto keluarga kami.

Aku sedang asik merapihkan bon-bon segala macam belanjaan yang menyesaki dompetku, seketika terkesiap mendengar jawaban ajaib dari mulut mungil peri kecil ku ini. Jari-jari gemuknya yang lucu terus membolak balik buku cerita pengantar tidurnya, walau sebenarnya dia belum bisa membaca. Tapi seringnya dia meminta dibacakan cerita sebelum tidur membuatnya seolah telah menghafal seluruh isinya.

“Kenapa harus pangeran ayah, sayang?” setelah aku membutuhkan beberapa detik untuk mencerna kalimat ajaib itu, akhirnya pertanyaan itu berhasil kulontarkan. Ku elus lembut rambut ikal tipisnya yang kemerahan (ah sayang betapa aku sangat mencintaimu).

“ayah ga pernah marah” jawabnya ringan nyaris tanpa pertimbangan, dia begitu yakin dengan jawabannya.

Seketika memerah wajah ku, merasa malu sampai ke hati, malu aku pada jiwa yang manis ini, karena masih sering terlepas marah ku padanya. Kini aku mengerti sekalipun anak kecil dianggap tak mengerti apa-apa, nyatanya dia telah memahami lebih banyak dari yang ku duga. Benarlah anak kecil belum bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk, tapi dia bisa merasakan mana yang baik dan mana yang buruk, dan fitrah telah menuntunnya untuk menyukai kebaikan.

Ah cinta… andai kau bisa mendengar impian buah hati yang sangat kau cintai ini, pastilah seketika bersayap hatimu melayang. Dari satu kelebihan mu (ga pernah marah) saja dia sudah begitu jatuh hati, aku pun yakin jauh di alam bawah sadarnya dia telah merasakan begitu banyak kebaikan mu, dan kemudian diwakilkan dengan sepenggal kalimat itu. Bukankah lidah anak kecil, adalah lidah yang paling jujur? karena lidahnya berucap dengan hati yang murni, tidak dengan logika rumit hitungan untung rugi.

Pastilah hatimu telah sampai ke hatinya, pasti kalian telah membuat janji disana, janji bahwa kau akan selalu menyayanginya, janji bahwa dia akan selalu mengidolakanmu, tanpa pernah kalian ucapkan janji itu. Karena aku pernah merasakan hal yang sama, begitulah dulu cara kita berjanji. Kupandangi lagi wajah bulat berbibir mungil menggemaskan itu, ingin sekali aku menciuminya, tapi matanya mulai mengerjap ngerjap lelah menahan kantuk, sepertinya kesadarannya sebentar lagi akan tinggal landas. Ku belai terus rambut pirang jagungnya.

Dan hatiku bergumam, seolah gumaman itu semacam pesan singkat yang sedang ku kirimkan pada hatimu. “Cinta… kami telah mencintai laki-laki yang sama, dan kami tak salah. Cinta itu adalah kau”

“Drrrrrrtttt…. dddrrrttt…. dddrrrttttt..” uugghhm… suara apa ini, mencoba mengumpulkan kesadaran, o… alarm. Sambil memaksa mengangkat kelopak mata yang rekat dan berat, jari ku sigap membantu menghalau kabut dengan mengucek ngucek mataku.

“hhmmm.. jam emmmpat…” gumam ku sambil menggeliat, ah.. mimpi ternyata. Sejenak terdiam sambil menerawang langit langit kamar. Dialog itu terasa begitu nyata, senyata dirimu yang perlahan ikut terjaga di sisiku. Walau sedih karena semua hanya sebatas mimpi, tapi aku yakin, kelak bila kita telah dikaruniai malaikat kecil nan lucu itu, dia pun insya Allah akan mengidolakan mu, persis peri kecil yang hadir dalam mimpi ku tadi, karena apa yang dikatakan peri kecil dalam mimpi ku itu aku adalah dirimu.


Dalam perjalanan ke kantor….

“ayah tau ga pangeran yang akan di idolakan anak kita nanti?” tanya ku dengan sedikit berteriak, maklum berkomunikasi di atas dua roda harus kuat-kuatan sama angin, kl tidak maka semua kata mu yang sudah panjang lebar akan dibawanya terbang bertebaran tak jelas terbawa keluar angkasa atau mungkin tersesat di berita kawat Wikileaks.

“pangeran apa nda ?” balas suami ku ikut berteriak

“pangeran ayah” kata ku sedikit pelan, seolah ingin merasakan lagi sensasi mimpi tadi.

“hah ?? apa ?? pangeran payah ??” tanya suami ku heran

“hahahahaha….iya pangeran payah, payah banget ga bisa dengerrrr” aku tertawa lepas…oh bahagianya, terima kasih ya Allah walau hanya dalam mimpi, sempurna.

“apa sih nda ?” tanyanya lagi penasaran

“ntar aja deh kl dah nyampe kantor” aku masih tertawa dan terus merasa bahagia…

Kamis, 07 April 2011

Senja di warung Bakmi Jogja [dan akulah wanita beruntung itu]

Entah apa judul pembicaraan kami waktu itu, di satu sore, diwarung bakmi jogja sepulang mengikuti pelatihan dari kantor.

“Ih.. tur, kalau hubby ku marah serem lho” celetuk temanku tiba-tiba tentang suaminya. Teman ku yang pintar ini mmg sangat gemar menggunakan istilah-istilah asing.

“ah masak.. ur hubby [ikutan sok English] kan baik banget, ga kebayang pernah marah, kan keliatannya lebih galak dirimu” candaku waktu itu, tapi sungguh selama aku mengenal suaminya tak pernah lepas senyum dan keramahan di wajahnya.

“Ih.. aku takut kl hubby dah ngamuk, kl hubby mu gitu juga ga ?”

“gitu juga gimana?” sambil terus menyuap mie ke mulutku aku belum terbiasa dengan rasanya syaraf lidah ku sedang mencari kecocokan rasa, hmmm... sepertinya aku menambahkan terlalu banyak sambel, rasa pedasnya membuat aku agak kalap ingin segera menghabiskannya

“kalau marah serem juga ga atau hubby mu gimana kalau marah?” tanyanya sambil terus memandang penasaran ke arahku

“hmm… serem ??? serem yang gimana maksudnya ?” sambil menahan pedas yang makin mengigit di lidah ku coba menatap serius ke arahnya, walau pedas ini lebih serius dari tatapanku.

“yaelaah… serem ya misalnya nyentak, melotot atau nge-gebrak meja kayak kayak gitu deh” kali ini dia terlihat gemes dengan aku yang lola (loading lama)

“aduh..aduh.. serem amat, ooo… hmmm… “ terkejut kejut aku mendengar gambarannya, dan tanpa sadar kepala ku menengadah, bola mataku berputar-putar seperti putaran kursor pertanda loading, keningku sedikit mengkerut seolah mencoba menarik semua ingatan dari bertahun-tahun lalu dibelakang sana (empat tahun lalu dari kejadian sore itu saat pernikahan kami dimulai)

“yaelaaa… lama amat loadingnya… keburu tutup nih warungnya” hahaha.. dia semakin gemes, dan langsung berpaling menyeruput ronde jahenya.

“hmmm… kapan ya Ayah pernah marah, yang ada juga aku yang suka marah hehehe...” gumam ku sambil terus saja menengadah dan setelah membongkar semua file di memory ku [searching mode on] dan hasilnya “no result”

“aku blm pernah liat ayah marah, jadi aku ga tau kalau dia marah kayak apa” jawabku akhirnya sambil terus memisahkan serpihan bawang goreng (ranjau yang aku tak ingin dia meledak di mulutku) yang tak habis-habisnya mengambang lelah di kuah bakmi ku.

“uhuukk.. uhuukk..uhuuk.. “ bola ronde jahe hampir saja melompat keluar dari mulutnya

“gak pernah marah? masak?” tanyanya tak percaya sambil terus menatap mataku, seolah mencari kejujuran disana dan dia pun menyerah [dia tau aku mengatakan yang sebenar-benarnya]. Merasa tak enak bila harus meneruskan cerita tentang bagaimana kalau suaminya marah. Klik! kami ganti channel memilih membicarakan hal yang lain saja. Itu jauh lebih baik :)

Aku bisa melihat ketakjuban, keheranan dan sesaput rasa yang tak bisa kudefinisikan dimatanya, atau malah dia mengganggap itu sebuah keanehan, gak normal, mustahil. Whatever, yang pasti seketika aku merasa menjadi perempuan yang paling beruntung, ada semacam sungai mengalir pelan membawa kesejukkan ke seluruh sel tubuhku memberi energi baru, aku seperti HP yang baru saja di charge [full] dan hati ku menari nari tralala trilili

Ah… dyna, “maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kau dustakan?”

Rabu, 06 April 2011

Ruang Cinta

“…lelah mu... jadi lelah ku juga, bahagia mu bahagia ku pasti… berbagi takdir kita selalu…”

Sepenggal lagu yang mengusap usap hati mengiringi klak klik mouse, ketak ketik keyboard di ruangan ku (baca : ruangan finance). Kata “lelah” adalah kata yang sama tersimpan dalam tiap raga dan ruang hati terdalam pada tiap orang yang ada di ruangan ini. Kalaulah ini ibarat paduan suara, pada saat start “ambil suara” maka kami tidak akan mulai dari “do…do…dooo…” tapi kami memilih dari “la…la…laaaa…lelaaah…” hehe. Bagaimana tidak, sudah hampir 4 atau bahkan 6 bulan terakhir ini kami terus dipacu, mengejar penyelesaian laporan demi laporan yang tak henti henti.

Dimulai tiga bulan sebelum akhir tahun lalu, kami harus marathon untuk persiapan audit, semakin dekat ke jadwal audit, marathon pun berubah menjadi sprint, wuuuzzzz…..!! berlari lebih kencang. Pergi pagi pulang petang dapat gaji bayar utang hehehe... (kata sang assistant). Pulang ontime adalah hal yang mewah buat tim ku saat ini, atau paling tidak harus punya alasan yang cukup mendesak untuk bisa pulang ontime, kucing mu sedang menunggu proses lahiran mungkin (hihihi ga penting krn ga punya kucing), alasan ini bukan untuk orang lain atau atasan, tapi lebih pada diri sendiri karena pekerjaan yang menumpuk ini seperti lagu sendu yang menderu-deru “benci benci benci tapi rindu juaa…”. Pulang ba’da maghrib itu paling cepat, sebuah prestasi. Paling lama? jangan ditanya, sulit benar memaksa para bujangan ini pulang, beruntung ada teknologi yang membantu menyampaikan teriakan dan omelan ku agar para jombang (jomblo bimbang) ini segera pulang. Entahlah, apa karena masih jomblo, atau karena ada tukang kredit menanti di rumah, makanya tak pulang-pulang, atau mau nyaingin bang Toyib.

Alhamdulillah proses audit dua pekan terlalui (walau rasanya seperti 2 bulan saja) menyisakan banyak cerita, tegang, lucu, konyol, riuh dan tentunya ilmu yang sangat berguna bagi pendewasaan diri kematangan ilmu juga bagi nusa dan bangsa (lebay). Belum juga sempat menghirup ketenangan dari sela-sela kelegaan ditinggalkan auditor, tring…tring..tring! oh my God, email email email dan semua berisi tagihan, dari mulai tagihan laporan pekanan, laporan bulanan, laporan 3 bulanan, sampai tagihan pembayaran dan tagihan-tagihan yang tak terkategorikan, ah dua pekan tenggelam di audit kami harus memaksakan diri tetap mengapung termegap megap untuk menyadari bahwa waktu terus berputar di luar sana, dan oleh karena waktu berputar tak ada alasan laporan-laporan dan tagihan-tagihan itu tidak terselesaikan. Penat bukan ? tunggu dulu…

Rasanya perlu mampir ke ruangan ku, untuk memastikan semua itu (tapi tidak disarankan yang punya keluhan “pundungan akut”), sekali pun didera, sekali pun menduka, sekali pun lelah dan penat ini tak terbantah, ruangan ku tak pernah bermuram durja, atau tepatnya tak ada yang tahan berlama-lama menekuk wajah. Satu celetukan di ruangan ini ibarat korek api yang disambarkan di ujung sumbu petasan.

dar.. der.. dor.. dar.. der.. dor..
“krrriiiinnnggg…” suara telepon kantor menyela [hening sepersekian detik]
lalu kembali

dar.. der.. dor.. dar.. der.. dor..
“ngeeekkk…” kali ini suara pintu, ada tamu yang mau pengajuan ternyata [hening lagi sepersepersekian detik]
lalu kembali

dar.. der.. dor.. dar.. der.. dor..
“berisiiiikkkk…” hahahaha…. kali ini peserta keributan sendiri yang merasa terusik karena tiba-tiba ada telepon masuk di hp-nya konfirmasi transferan, laporan atau mungkin tagihan butuh keheningan [hening lagi entah nol koma nol nol nol nol sekian detik]
lalu kembali

dar.. der.. dor.. dar.. der.. dor.. dar.. der.. dor..

Huuffttt… tak ada gunanya menghentikan keributan ini, hanya menambah level keributan ke level lebih tinggi. Mungkin sejenak terbayangkan ruangan ku mirip pasar ikan, eit tunggu dulu don't judge a book from its cover. Ruangan ku tak bisa disamakan dengan keriuhan pasar ikan, tidak bisa sama sekali, itu sangat tidak setara. Karena di dalam sini tak cuma tukang ikan, tapi juga tukang ayam, tukang pecel, tukang makan, tukang obat, tukang kibul, tukang kredit, tukang palak, dan tukang segala tukang. Hehehe… sekarang kau boleh menilai tak hanya dari cover karena sudah ku beberkan semua isinya. Yah riuhnya memekakkan telinga setara dengan pasar binong, pasar kordon, pasar cicadas, pasar suci, pasar ciroyom plus pasar malam derwati dan semua digabung jadi satu. nah sekarang sudah setara.

Mungkin sekarang ada yang bertanya “iiihh… itu kantor apa taman kanak-kanak yang muridnya sinchan semua” it’s ok, tiap ruangan punya ke khas-an masing-masing, walau kadang kusesali karena saat-saat penting aku harus berkonsentrasi akan sangat sulit ku dapati. But don’t worry be happy, selaku bagian dari kebisingan ini, akan kubagi tiga tips untuk mengatasinya :
1. Mengalah, caranya : ambil headset, putar lagu kesayanganmu, tarik indicator volume sampai ke puncak paling tinggi  mudah-mudahan kau pun akan terbebas dari siksa keributan yang kadang membuat perutmu kram karena lelucon lucu konyol, gak penting, sadis [bkn tetang kekerasan fisik ya] akan mengiris iris kebekuan dan kesombongan hati mu, tak bisa mengelak, tak bisa jaim tak bisa tidak menjadi bagian dari semua itu. Kecuali tadi, kau menutup telinga mu dengan headset dan halangi pandanganmu dengan layar monitor (walau tak ku jamin itu safety 100%).
2. Teriak, “..berisiiiikkkkkk….!!!!” nah ini lebih efektif sebenarnya, sejenak suasana akan hening tapi belum terbukti efisien karena hanya mampu bertahan tak lebih dari 5 menit dan kembali dar..der..dor.
3. Teknologi, kirimkan pesan singkat via YM ke biang kerok keributan isinya singkat saja, contohnya :
“kamu ya, saya dengar dari tadi berisik melulu, serius dong kerjanya kl ga saya pulang nih” dan biang kerok pun akan makin ribut kegirangan krn bos-nya mau pulang (yang itu becanda)
Hehehe…yang ini penjelasan seriusnya : cara ketiga ini lebih efektif dan efisien selain menyelematkan wajah si biang keributan dan juga ybs mengerti kalau pesan yang dikirim tersebut serius (gimana ga serius untuk pengiriman icon jelek aja si internet harus memilih bermilyar-milyar IP adress utk memastikan tak salah alamat beuuhhh canggih) dan keributan harus segera diakhiri walaupun mungkin hanya bertahan tak lebih dari 15 menit (ini sudah masuk excellent) :(( hiks..hiks...

Tapi hati-hati, ini bukan sekedar tentang petasan, tapi kadang kami pun berkomunikasi dengan bahasa tim bola voley, bedanya disini tak pembagian tim. Dan tak ada yang menentukan siapa yang harus serve. selalu ada yang berinisiatif melakukannya, ajaibnya tanpa komando selalu ada yang akan menerima bola, lalu di over ke sembarang pemain, pemain lain pun selalu siap menerima over-an, bola terus dilambungkan dari satu pemain ke pemain lain, dan siap-siap setelah bola semakin panas pemain yang kebetulan memegang bola panas siap melakukan smash yang tajam dan akurat dijamin membuat wajah bersemu merah bak kepiting rebus, korbannya bisa siapa saja (walau ada satu korban permanen di ruangan ini “S*ni”, tapi selain dia, pemain bebas memilih siapa target smash-annya). Itu kalau lagi beruntung, kalau lagi apes, tak hanya seorang yang melakukan smash, tapi satu bola bisa dismash beramai ramai menyerang satu korban. Plak! telak. Permainan tingkat tinggi yang sulit diterapkan dalam permainan bola voley sebenarnya. Parah.

Sadis ga? Sadis ga? Ngga lah, karena setelah acara puncak dirayakan (smash keras) seisi ruangan akan tertawa dan anehnya yang paling keras ketawanya adalah orang yang di smash. Kami memang tak hanya senang menertawakan orang lain, kami pun suka menertawakan diri sendiri. Hahaha…kumpulan orang-orang aneh yang menyenangkan. Dan aku mencintai orang-orang aneh ini, betapa tidak… tugas-tugas ini itu, laporan-laporan ini, tagihan-tagihan ini, entry-an – entry-an ini, klaiman – klaiman ini , target-target ini, terlalu berat untuk dihadapi dengan wajah serius, suasana hening mencekam, percakapan formal, dan sikap “siapa elu, siapa gue”. Dan untuk bisa tetap merasa nyaman kami perlu bola dan petasan. Walau lama aku merindukan keheningan, tapi kurasa bisa kutunda, tak mengapa karena keributan ini tak sebanding bila ditimbang dengan apa yang harus kami selesaikan (sesuatu yang besar kawan). Pekerjaan ini tak bisa dilalui dengan tekanan batin yang membuatnya sempit terhimpit serasa dijepit, sakit... kit..kit..kit.. 

Sob (sobat mksdnya), sungguh aku mencintai kebisingan ini, karena kebisingan ini yang selalu membuat ku rindu untuk kembali hadir di ruangan yang sepanjang jalannya bertabur deadline, setiap hari. Karena kebisingan ini membantu aku mencintai pekerjaanku, dengan sepenuh penuhnya hati, karena kebisingan ini yang membuat kita tak sekedar teman yang kita hafal namanya, tapi juga sahabat yang kita hafal karakternya. Cieee….

Begitulah… harapanku semoga kita bisa saling menjaga, kebebasan berekspresi yang tak membuat kita lupa mengontrol diri, tetap peka terhadap situasi dan kondisi, tetap menghargai yang tak sehati, karena tak semua bisa kita hadapi dengan tertawa dan canda, walau pun itu menyenangkan. Beri ruang untuk kedewasaan. waspadalah.. waspadalah.. :D

Bersama jiwa-jiwa yang luas, dan hati-hati yang tegar, aku merasa ruang kecil ini seperti savana luas tak bertepi. Ruangan Ajaib.