Kamis, 28 Juli 2011

CASHFLOW nan GALAU


Cashflow atau arus kas, seringkali terdengar suatu hal yang rumit dan sulit. Setidaknya itu yang saya bayangkan sebelum lebih jauh mengenal si Cashflow ini. Dari pengalaman saya itulah maka saya ingin berbagi sedikit (secuil, karena dikit banget) pengalaman saya bergaul dengan cashflow . Kenapa disebut arus ? karena memang pada kenyataannya cash/kas memiliki kekuatan seperti arus, yang bisa menghanyutkan tetapi juga bisa menjadi energi sumber kekuatan. Kita bisa menentukan pilihan, akan hanyut atau menghanyutkan. Sebenarnya tanpa kita sadari cashflow adalah perilaku kita sehari hari, setiap saat, seperti Oxygen, seperti makan dan minum, sulit ga kita bernafas ? (sulit kl lagi pilek, tapi pilek kan ga tiap hari :D), sulit ga kita makan ? (sulit kalau lagi sariawan ini juga ga tiap hari), sulit ga kita minum ? (sulit kalau puasa heheh gak boleh itu mah). Intinya gak sulit kan ?

Cashflow adalah sebuah keniscayaan bagi masyarakat yang telah terjamah modernisasi, dimana uang menjadi salah satu tolak ukur yang dominan dan sangat sensitive (soal dominan dan sensitive ini kita bahas di share kapan-kapan ya *orientasi waktu ga jelas*). Suku badui sekalipun sudah mulai bertransaksi dengan uang tak lagi melulu menggunakan system barter, menukar garam dengan beras misalnya. Oleh karena itu bagaimana mungkin sesuatu yang biasa kita jalani setiap hari menjadi sesuatu yang kita anggap sulit. Karena seandainya cashflow itu sesuatu yang sulit dan rumit tentulah mall, supermarket, tempat hiburan, tidaklah akan seramai pada kenyatannya. Maka dari itu jangan biarkan kita terintimidasi oleh kata cashflow, dia tidak serumit yang kita bayangkan, cashflow bukanlah suatu hal yang terlalu besar  untuk bisa kita taklukkan.

Cashflow itu ibarat kuda liar, dan kita adalah pelatih yang akan menjinakkannya. Kalaulah kita sebagai pelatih tidak melakukan peran, bagaimana mungkin kita berharap kuda tersebut menjadi kuda poni  “koq pucet, koq cebol, koq poniiiiii” (just kidding) atau Pegasus yang bisa membawa kita terbang ke dunia impian seperti cerita dongeng, ya cuma dongeng. Kita tak bisa menjinakkan kuda liar tanpa menungganginya, bukan ? Jadi, mulai sekarang yakinlah dengan apa yang dikatakan Rudi (kidding lagi, iklan), yakinlah kalau kita terlalu besar untuk mengatakan tidak bisa membangun cashflow, karena kita subjek dan cashflow adalah objeknya (bukan sebaliknya).

Beberapa alasan orang belum/tidak membuat cashflow ?
  1. Gak ngerti
  2.  Pusing liat angka
  3. Ribet harus nyatat-nyatat n' ngumpulin bukti
  4. Minus mulu’ jadi ga semangat
  5. Emang cashflow penting ya ?
  6.  Selama ini gak pake cashflow hidup aku baik-baik aja koq
  7. Apa cashflow satu-satu nya cara untuk sejahtera ?
  8. Dll 
(jawab dalam hati aja kita ada di point berapa ? saya sih dulu di point 3)

Dan  ini alasan saya kenapa mau buat cashflow :
  1. Malu bertanya sesat dijalan, artinya temaaannn…. Kalau kita gak ngerti ngacung aja, ilmu itu kalau kita mau, gak susah dapatnya, bertebaran di sekitar kita, tinggal kita putuskan kita mau tau atau tidak.
  2. Pusing liat angka, karena kita belum tau angka itu bicara apa, tapi setelah kita coba untuk memahaminya, subhanallah… angka itu sumber inspirasi yang menakjubkan. Tak apalah pusing sebentar saat ini, dari pada pusing berkepanjangan karena “kuda” kita terlalu liar untuk ditunggangi akhirnya perjalanan jauh harus ditempuh dengan jalan kaki (sedih sekali)
  3. Ribet kalau belum tau teknisnya dan belum dicoba. Mending ribet nyatet, tapi sejahtera atau ga ribet, tapi tarik nafas terus karena selalu minus.
  4. Emang kalau ga dicatat bakal surplus ? :D kadang kita merasa sia-sia banget buat cashflow hasilnya minuuuuuuus terusssss (bacanya sambil mengepalkan tangan, manyun yang panjang, saking minus banget :D). Tapi yakin deh kalau ga ditulis minusnya bisa lebih parah. Dan yang paling penting dengan adanya cashflow kita tau apa penyebab minusnya dan bisa lebih bijak lagi memutuskan belanja. Saya pribadi sangat kesal merasakan minus tanpa tau penyebabnya (karena ga buat cashflow). Seperti ditipu diri sendiri , mau marah ga bisa, ga marah kesel :D
  5. Ga penting, kalaaauuuu..... masa depan kita juga ga penting :)
  6.  Alhamdulillah…. tapi hidup kita bisa lebih baik kalau kita tau apa yang kita lakukan dengan uang kita bukan.
  7. Ya pasti jawabnya ngga’, jalan menuju surga aja banyak apalagi menuju sejahtera ? cashflow hanya tools untuk membantu jalan kita agar tidak terlalu curam atau terjal :)
  8. [tidak perlu dijawab ya] karena akan sangat panjang.

So, apa sih sebenarnya yang rumit dan sulit itu ? “action to start”, ya yang sulit itu adalah action untuk memulai, memulai untuk membuka diri, memulai untuk mau belajar, memulai untuk jujur, memulai untuk menjadi seseorang yang baru. Kita yang biasa cuek, pasti akan merasa risih dengan diri kita sendiri ketika kita harus mulai peduli mengumpulkan bon-bon kecil, rekening-rekening tagihan, mencatat setiap apa yang kita belanjakan dll. Yap! mau ga mau kita memang akan menjadi manusia yang baru, yang lebih peduli yang lebih bersyukur, yang lebih bersungguh-sungguh, yang lebih menghargai setiap tetes rejeki., masak ga mau jadi manusia yang begitu. Apalah arti sebuah kesulitan kalau itu untuk kebaikan.

Oke, cukup basa basi kita masuk ke acara inti. Cashflow hanyalah tools, sebagaimana halnya mesin, misal mesin blander, terserah kita mau nge-bland apa, buah, cabe, atau rempah beraneka rupa, bebassss… begitu juga Cashflow, isinya terserah kita bukan terserah cashflow karena sekali lagi kita Pelatihnya. Cashflow bukan sekedar tools yang digunakan untuk mencatat belanjaan, tapi juga mencatat impian. Oleh karena itu  selain Cashflow Riil, kita perlu memiliki Cashflow Prediksi.

Dalam membuat Cashflow Prediksi selintas mudah, apa sulitnya berencana, eit hati-hati salah -salah ntar jatuhnya bukan berencana tapi malah berhayal. Nah disini walaupun namanya berencana, cita-cita, prediksi, yang katanya "gantungkalah cita-cita mu setinggi langit" kita tetap harus rasional tengukur proses (tidak instan). tapi juga jgn pesimis-pesimis amat (ga berani merencanakan pencapaian yang spektakuler), disinilah perpaduan antara mimpi dan rasionalitas dipadukan menjadi sebuah harmoni yang indah (manis ya)
Apa aja sih isi dari Cash Flow Prediksi (dijabarkan per bulan) :
  1. Rencana Pendapatan
  2. Rencana Belanja
  3. Rencana Investasi
Kalau rencananya dah ok, ayo kita lanjut ke step berikutnya, step ini  membutuhkan komitmen yang solid yaitu menyelesaikan Cashflow Riil, seperti kata Agnes Monica di iklan snack CH***TO “live is never flat” maka cashflow riil tidak akan plek sama persis dengan cashflow prediksi. Bisa lebih, bisa kurang, nah disinilah butuh pengalaman untuk memastikan agar jarak antara lebih dan kurang itu tidak terlalu jauh (kalau lebihnya di sisi penerimaan sih ga pa pa banget, berarti kemampuan perencanaan kita perlu ditingkatkan), dan pengalaman tidak bisa kita dapatkan tanpa melalui proses.  
Pada dasarnya isi dari Cashflow Riil memiliki kerangka yang sama dengan Cashflow Prediksi, tapi ini adalah saatnya kita harus jujur dengan kenyataan keuangan kita :
  1. Pendapatan Riil : yang benar-benar kita terima dibulan berjalan dalam bentuk cash
  2. Belanja Riil : jangan ada yang disembunyikan, sepandai-pandai anda menyimpan bon belanja akhirnya gak balance juga (mksdnya, pasti ketauan :D)
  3.  Investasi Riil : bedakan antara asset dan investasi
Contoh : Format Cashflow :
  • Saldo awal = berapa uang cash yang kita punya (baik yg disaku atau di bank) di awal tahun.
  • Penerimaan = berapa penerimaan/income yang kita terima (gaji, bonus, warisan, hibah dll)
  • Pengeluaran = biaya/belanja apa saja yg kita keluarkan (asuransi, cicilan rumah, kebutuhan dapur, listrik dll)
  • Investasi = berapa dana yang kita alokasikan untuk investasi (tabungan, emas, deposito, modal usaha dll)
  • Saldo Akhir = Saldo Awal + Penerimaan - Pengeluaran

Pertanyaannya ??? Investasi biaya bukan ??? bukan, akan jadi biaya kl pada saat tertentu ternyata mengalama kerugiaan, tapi selama masih bisa BEP Investasi akan menjadi bagian dari saldo. Aplikasi sederhana bisa menggunakan Mc. Excel.
Berikutnya untuk bisa menjaga laju cashflow, agar jarak antara prediksi dan realisasi tidak terlalu jauh (lebih dekat lebih baik) maka kita perlu mengetahui aktivitas apa aja sih yang harus kita jalani untuk memutuskan kapan tancap gas, kapan injek rem, atau kapan bisa melaju santai, mari kita lihat, yuk mariii… :
  1.  Mengumpulkan bukti belanja/transaksi
  2. Merekap bukti belanja sesuai kategori
  3.  Mencatat / entry setiap kategori ke dalam cashflow
  4. Mengarsipkan bukti transaksi (anda tentukan sendiri masa kadaluarsanya, kapan akan dimusnahkan)
  5.  Menganalisa cashflow tersebut.
  6. Mengambil keputusan atas hasil analisa
Dan dari aktivitas-aktivitas di atas yang paling sering membuat kebanyakan orang menyerah adalah aktivitas pada point 1 dan dirasa lebih berat lagi ke point 2 (tapi sekali lagi ini hanya persepsi, tidak sesulit itu koq). Mengapa point 2 lebih “dianggap” lebih sulit ? Karena walaupun aktivitas mengumpulkan bukti telah kita lakukan, tapi kemudian karena kita tidak melakukan pencatat, maka hanya akan menjadi keranjang sampah. Yap! Useless, bukti-bukti yang kita kumpulkan tidak ada artinya kalau informasi yang ada di dalamnya tidak diolah. Sekali lagi, point 1 dan 2 seperti benteng yang membatasi kita dengan kemampuan kita yang sebenarnya. Ibarat berperang dengan panah, pedang atau tombak, keahlian utama  tentara perang bukan membobol tembok benteng kan? tetapi bermain pedang, panah, tombak. Tapi tentara gak bisa Jadi gimana pun benteng harus ditembuskan. Nah itulah tugas kita untuk point 1 & 2, agar kita bisa benar-benar fight di point berikutnya.

Dan untuk sharing kali ini saya hanya akan sharing sedikit tips untuk point 1 & 4 saja, point berikutnya kita bahas kemudian ya. Tapi ini sekedar sharing kalau teman-teman punya cara yang lebih praktis bisa berbagi dengan saya. Ini tips dari saya :
  1. Siapkan box khusus (saya suka sebut kotak Pandora) silahkan beri nama box anda, tapi jgn BOX OFFICE ya ntar pada nagih pelem.
  2. Setiap selesai belanja masukkan bukti belanja ke dalam box tsb. Note : sebelum masuk ke box berikan tanda kategori pada bon, misal : R = Rutin, I = Investasi
  3.  Untuk belanja yang tidak memiliki kuitansi (misal : angkot, taxi, ojeg) tulis di kertas post it, kemudian  sebelum tidur, cuci kaki dan sikat gigi hehe… serius amat, mksdnya sebelum tidur dan yakin tidak akan melakukan aktivitas belanja lagi, masukkan lembar post it ke box bon belanjaan.
  4.  Lakukan itu setiap hari
  5. Dan pada waktu luang saran saya minimal seminggu sekali, tapi semakin sering semakin bagus, krn semakin mudah kita mengetahui kondisi keuangan kita. Kalau direkap sebulan sekali, seandainya terjadi blooding (pendarahan) pada casflow kita di bulan itu, sudah terlambat untuk menyelamatkannya, kita perlu donor darah yang cukup banyak, bisa jadi gali lubang tutup lubang, atau mungkin gali lubang tapi ga tau nutupnya pake apa.
  6. Rekap semua  bukti yang ada di box bon belanja sesuai kategori, jumlahkan masing-masing kategori dan entrykan dalam format cashflow excel yang telah kita rancang.
  7. Selanjutnya mulai lagi dari point 2
  8. Pada akhir bulan setelah semua belajaan telah terekap dalam cashflow kita bisa melakukan analisa kinerja keuangan kita.
Nah untuk bahasan analisa menganalisa… kita lanjutkan di season sharing berikutnya ya…. Saya mau kuliah dulu… biar dapat banyak ilmu dan bisa share banyak ilmu. Sekali lagi ini sekedar share, dan mengasah kemampuan saya dalam menyampaikan ide. Namanya lagi belajar bisa jadi apa yang saya sampaikan kurang jelas dan kurang mendalam. Teman-teman yang punya ilmu lebih boleh lah bagi ke saya, dengan senang hati saya siapkan diri saya untuk menjadi muridnya.